Kamis, 12 Juli 2012

Surah Rahman - Beautiful and Heart trembling Quran recitation by Syed Sa...

Best Quran Reciters in the World

Surah Ar Rahman, Mishari Rasyid Al Fasi

Surat Al Baqarah Full by Sheikh Mishary Rashid Al-Afasy

Al Qur'an Juz 30, Shaikh Mishary Alafasy

Surah Yasin, Mishary Rasyid Al Afasy

Surah Al-Waqiah, Mishari Rasyid Alfasi

Surah As-Sajdah, Mishary Rasyid Al-Afasy

SURAH AL KAHF full (The Cave) beautiful recited by Shirazad Taher

Surah Al Imran, Mishary Rasyid Al Afasi

Rabu, 11 Juli 2012

beautiful recitation - Surat al-Fajr سورة الفجر

dakwatuna.com – Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Allah berfirman, Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, Jadi begitu pula pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Taha: 125-126).
Ayat yang membuat hatiku bergetar hebat…Takut. Hati ini sungguh takut. Yaa Rabb, bagaimanakah nasibku di Hari Akhir nanti? Apakah hamba termasuk ke dalam golongan yang dihinakan, diabaikan oleh-Mu? Dikumpulkan dalam keadaan buta? Betapa mengerikan! Bayangkanlah… Dikumpulkan dalam keadaan buta … Tuhan kita mengabaikan kita, dan kita pun terhalang memperoleh kelezatan memandang wajah Allah! Na’udzubillah…
Di dunia ini kita telah diberikan berbagai kenikmatan yang sangat besar, mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, mulut yang dapat berbicara, dan juga akal yang dapat berpikir. Bayangkan bila detik ini Allah mencabut nikmat mata, nikmat telinga, nikmat mulut, dan nikmat akal dari kita, apa yang dapat kita lakukan?
Maka, sudahkah kita bersyukur? Menggunakan mata, telinga, dan akal untuk mengambil pelajaran?  Merenungkan dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya? Dengan karunia alat indra dan akal dari Allah, adakah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah? Atau malah mata, telinga, mulut juga akal kita gunakan untuk bermaksiat? Kita gunakan nikmat Allah dengan menuruti  hawa nafsu, mata yang mengumbar pandangan, mulut yang berdusta, telinga yang mendengar hiburan yang melenakan, hati yang lalai mengingat-Nya, dan akal yang tak mau mengambil pelajaran, mengabaikan ayat-ayat-Nya… Padahal mata, telinga, dan hati kita sungguh akan diminta pertanggungjawabannya…
Di dunia ini ada manusia yang dikatakan oleh Allah telah buta. Bukan, bukan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt:
“Sesungguhnya bukan penglihatan ini yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.” (Q.S al Hajj: 46)
Mengapa mata hati menjadi buta?  Karena dalam hati  tidak ada cahaya. Bukankah kita dapat melihat karena adanya cahaya? Begitu pun mata hati kita butuh cahaya. Cahaya dari Allah, Sang Pemilik cahaya.
“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya dia atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nur: 35)
Saya teringat sebuah hadits: “Apabila hamba melakukan dosa, muncul goresan hitam di hatinya. Jika ia melakukan dosa lagi, goresan hitam bertambah. Bila terus begitu, hatinya menjadi hitam.”
Mungkin inilah penyebab butanya mata hati. Hati menjadi hitam karena dosa! Sehingga cahaya ilahi tidak bisa tembus ke dalam hati yang hitam ini!
Rasulullah Saw melanjutkan, “Namun, jika bertobat, hatinya menjadi bersih dan terang.”
Alhamdulillah… Masih ada kesempatan untuk membersihkan hati yang penuh dengan goresan hitam, sehingga hati kita kembali bersih, sehingga cahaya ilahi dapat dengan mudah masuk ke dalam hati ini.
Jangan, jangan biarkan hati kita menghitam, berkarat, dan kemudian membatu. Bahkan menurut Allah, batu pun lebih baik dari hati kita!
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada air yang mengalir sungai-sungai daripadanya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antara sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah… (QS. Al Baqarah: 74)
Tidakkah hati kita seorang mukmin malu ketika membaca ayat ini?  Bahkan batu pun jatuh meluncur karena takut kepada Allah! Adakah hati kita takut kepada Allah? Takut tatkala berbuat maksiat dan dosa? Takut akan azab dan siksa-Nya yang teramat keras?
Rasa takut menuntunku untuk bersegera menghadap Allah, mengambil air wudhu… khusyuk, rukuk dan sujud kepada-Nya, bersimpuh memohon ampunan-Nya…
Duhai Rabb Yang Maha Penerima tobat, Rabb Yang Maha Penyayang, ampuni segala dosa hamba, ampuni hamba yang seringkali lalai… Duhai Rabb Yang Maha Lembut, lembutkan hati hamba, sucikanlah hati ini dari segala goresan hitam akibat dosa,  limpahkan cahaya-Mu ke dalam hati ini, teguhkan hatiku di atas iman, jadikanlah hati ini senantiasa khusyuk mengingat-Mu, hati yang selalu merindukan-Mu, rindu untuk memandang wajah-Mu… Ya Tuhanku, kumpulkan aku kelak bersama orang-orang yang Engkau ridhai, jadikan saat berjumpa dengan-Mu sebagai hari terbaik untukku. Amin.
Wallahu’alam bishshawaab.

Selasa, 10 Juli 2012

Hidup Di Dunia Hanya Tiga Hari

Assalamu'alaikum Wr Wb
Sahabat,,,

Sesungguhnya kalau kita memikirkan dunia ini, maka dunia ini tidak lain hanyalah tiga hari yaitu satu hari yang telah berlalu sehingga tidak bisa diharapkan tuk kembali, satu hari lagi yang sedang kita jalani dan harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya, serta satu hari lagi adalah hari esok yang belum kita ketahui apakah kita termasuk yang akan menikmatinya. Hendaknya usaha kita di dunia adalah untuk meraih akhirat, karena yang kita miliki di dunia ini hanyalah yang ada dihadapan kita maka janganlah kita mmenyimpan harta untuk diri sendiri. Janganlah kita mengejar sesuatu yang sudah pasti akan meninggalkan kita tetapi berbekalah untuk menghadapi perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan.
Hendaknya kita mencari dunia ini seperti orang yang terpaksa saja. Pikiran kita terhadap sesuatu harus penuh dengan pelajaran. Usaha kita untuk merebut hari akhir haruslah sesegera mungkin. Beramalah seperti orang yang siap bepergian, kalau mati menjemput ia akan datang pada hari yang ditentukan tanpa melenceng sedikitpun.
Hasan berkata : " waspadalah terhadap dunia yang menyibukkan, kerena dunia ini memang penuh dengan kesibukkan.Jika kita membuka satu pintu kesibukkan maka akan terbuka sepuluh pintu kesibukkan yang lainnya".Ali bin Abi Tholib pernah pernah menulis surat kepada Abdullah bin Abbas : " sesungguhnya orang itu sering merasa susah akibat hilangnya sesuatu yang belum tentu bisa didapatkannya, dan merasa senang mendapatkan sesuatu yang sudah pasti akan hilang darinya.
Hendaknya kegembiraan itu kita dapatkan karena urusan akhirat dan kesedihan itupun kita rasakan karena kehilangan bagian akhirat kita. Apapun yang kita dapat di dunia janganlah terlalu membuat kita bergembira yang berlebihan. Dan marilah cita-cita kita hanya untuk akhirat kehidupan yang kekal setelah mati.
Dengan tulisan ini, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan pembaca marilah kita sama-sama untuk mengejar kebahagiaan akhirat
 
Silahkan share dan bagikan kepada kepada teman-teman anda,,
Semoga bermanfaat,,

Jangan Strees,! Inilah Saran,,Agar Hidup Terasa Indah & Nikmat

Assalamu'alaikum Wr Wb
Sahabat ....

HIDUP adalah arena UJIAN
...
HIDUP adalah gudangnya MASALAH

Bahkan orang MATI pun mempunyai MASALAH

Kecuali mereka yang berIMAN dan berTAQWA

 Untuk orang yang berIMAN dan berTAQWA …

……..HIDUP adalah INDAH

Buat orang yang berIMAN dan berTAQWA…

…….UJIAN dan MASALAH akan terasa NIKMAT

Apalagi setelah MATI…

Mereka memandang keBAIKan dan keBURUKan sebagai UJIAN

Mereka memandang keBAIKan dan keBURUKan sebagai MASALAH

Mereka meNIKMATinya dengan keKHUSUKan dan rasa CINTA

Dan bagi mereka tidak ada MASALAH lagi setelah MATI

Mereka tidak pernah LALAI bila mendapat keBAIKan

Mereka tidak pernah berKELUH KESAH bila mendapat keBURUKan

Dan mereka selalu mendapat keBAIKan setelah keMATIan

keBAIKan yang didapat bagi mereka adalah…

……………..KASIH SAYANG dan FADILAH ALLAH SWT

keBURUKan yang didapat bagi mereka adalah…

………………keBERSAMAan dan kePASRAHan kepada-Nya

dan keMATIan bagi mereka adalah

………………kePUASan yang tak berkeSUDAHan

Dengan keBAIKan mereka berSYUKUR

Dengan keBURUKan mereka berSABAR dan berTAWAKKAL

Dengan keMATIan mereka berTEMU Allah Sang KEKASIH

Karena mereka selalu mendapatkan NUR ( CAHAYA ) dari PENGUASA Alam

Karena mereka selalu mendapatka FURQAN ( PEMBEDA ) dari Sang PENCIPTA

Dan karena DOSA dan keSALAHannya telah diHAPUS dan diAMPUNi

Dan karena PAHALAnya diLIPATGANDAkan.

Sahabat .....

Maka marilah kita menaikkan LEVEL kita menjadi orang-orang berTAQWA

Dengan menjalankan SELURUH ATURAN Allah Subhanahu wa ta’ala,

Dan dengan menjalankan RUKUN ISLAM yang ketiga …

…………berPUASA di bulan RAMADHAN

“Hai orang-orang yang berIMAN, diWAJIBkan atas kamu berPUASA sebagaimana diWAJIBkan atas orang-orang SEBELUM kamu agar kamu berTAQWA” (QS 2:183)

“Kami akan mengUJI kamu dengan keBURUKan dan keBAIKan sebagai COBAAN (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS 21:35)

“Hai orang-orang yang berIMAN, jika kamu berTAQWA kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu FURQAN ( PEMBEDA ) dan mengHAPUSkan segala kesSALAHan-keSALAHanmu dan mengAMPUNi dosa-dosa mu. Dan Allah mempunyai KARUNIA yang besar.” (QS 8:29)

“Hai orang-orang yang berIMAN, berTAQWAlah kepada Allah dan berIMANlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan RAHMAT-Nya kepadamu DUA bagian (dunia dan akhirat), dan menjadikan untukmu NUR ( CAHAYA) yang dengan CAHAYA itu kamu berjalan dan Dia mengAMPUNi kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 57:28)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman : ‘Barang siapa memusuhi WALI-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku SUKAi seperti bila ia melakukan yang FARDLU yang Aku perintahkan kepadanya.

Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan SUNNAH hingga Aku menCINTAinya. Jika Aku telah menCINTAinya, maka jadilah Aku sebagai penDENGARannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai pengLIHATannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai TANGANnya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai KAKInya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meMOHON sesuatu kepada-Ku, pasti Aku MENGABULKANnya dan jika ia memohon perLINDUNGan, pasti akan Aku berikan kepadanya.” [HR.Bukhari no. 6502]

“Barangsiapa yang berTAQWA kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya JALAN KELUAR (dari MASALAH) dan akan memberinya RIZQI dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang berTAWAKKAL kepada Allah niscaya Allah akan menCUKUPkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. “ (QS 65:2-3)

“Dan barangsiapa yang berTAQWA kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya keMUDAHan dalam urusannya.” (QS 65:4)

“Seandainya penduduk suatu negeri berIMAN dan berTAQWA pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keBERKAHan dari langit dan dari bumi, akan tetapi mereka menDUSTAkan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami SIKSA mereka disebabkan perbuatannya.”. (QS 7: 96)

“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang berTAQWA kepada Allah niscaya Dia akan mengHAPUS keSALAHan-keSALAHannya dan akan meLIPATGANDAkan PAHALA baginya.” (QS 65:5)


Wallahu a’lam bi showab...
Semoga bermanfaat dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita,,Amiiin

Senin, 09 Juli 2012

Jawaban Dari,,Dimankah Allh SWT,??


Assalamu'alaikum Wr Wb

Apa kabar para pembaca semua? semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT, Amiiin,, 
catatan saya kali adalah berkaitan dengan masalah Aqidah yang benar yaitu Aqidah Ahlusunnah Waljamaah,, yang meyakini kalau Allah itu Maujud Bilaa makaan ( Ada tanpa tempat ), tanpa arah, tanpa waktu, tanpa cara dan tanpa bagaimana,,

Jadi kalau ada yang bertanya kepada kita tentang keberadaan Allah SWT maka katakanlah Allah itu ada tanpa tempat, tanpa cara, tanpa arah, dan tanpa bagaimana,,karena Allah Berfirman dalam Al Quran 

ليس كمثله شىء

yang artinya “Tiada suatupun yang sama seperti-Nya” [Surah al-Shura, ayat 11]

Al-Imam al-Qurtubi berkata ketika mentafsir ayat di atas dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi[1]:
وقد قال بعض العلماء المحققين: التوحيد إثبات ذات غير مُشْبِهَة للذوات ولا مُعَطَّلة من الصفات وزاد الواسطي رحمه الله بيانًا فقال: ليس كذاته ذات ولا كاسمه اسم ولا كفعله فعل و لا كصفته صفة إلا من جهة موافقة اللفظ… وهذا كله مذهب أهل الحق والسنة والجماعة رضي الله عنهم
Artinya:
“Dan sesungguhnya sebahagian ulama muhaqqiqin telah berkata: “Tauhid itu ialah penetapan suatu zat yang tidak menyerupai zat-zat yang lain dan tidak menafikan sifat-sifat, al-Wasiti menambahkan suatu penjelasan dengan berkata: “Tiada suatu zat pun seperti zat-Nya, tiada suatu perbuatan pun seperti perbuatan-Nya dan tiada suatu sifat pun seperti sifat-Nya melainkan dari segi persamaan lafaz… Dan ini semuanya ialah mazhab Ahlul-Haqq was-Sunnah wal-Jama'ah radiyaLlahu 'anhum”.
Allah taala berfirman:
هل تعلم له سميًا
Artinya
…apakah engkau mengetahui ada suatu yang sama dengan Dia?” [Surah Maryam, ayat 65]
Al-Imam al-Qurtubi mentafsirkan ayat di atas dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi[2]:
قال ابن عباس: يريد هل تعلم له ولدًا أي نظيرًا أو مثيلا
Artinya
“Ibn 'Abbas berkata: “Firman Allah taala itu bermaksud: “Apakah engkau mengetahui Dia mempunyai anak yakni sebanding atau semisal dengan-Nya?”.
Allah taala berfirman:

ولم يكن له كفوًا أحد
Artinya
…dan tiada satu pun yang setara dengan-Nya”. [Surah al-Ikhlas, ayat 4]
Antara sifat ketidaksamaan Allah dengan sesuatu selain-Nya ialah sifat kewujudan-Nya yang tidak pernah didahului dengan ketiadaan dan tidak ada permulaan bagi kewujudan-Nya. Dengan kata lain, tiada suatupun yang wujud tanpa didahului oleh ketiadaan melainkan Allah SWT. Oleh karena itu, Allah telah wujud sebelum selain-Nya wujud. Inilah yang disebut sebagai azali atau keazalian. Ini berdasarkan firman Allah taala:
  هو الأول
 
Artinya:
Dia-lah Yang Maha Awal”. [Surah al-Hadid, ayat 3]
Ayat 3 surah al-Hadid di atas ditafsirkan dengan dalil hadis yang menyusul di bawah ini
Rasulullah sallahu 'alayhi wa-sallam bersabda:
 
كان الله ولم يكن شيءٌ غيره
 Artinya
Allah ada azali dan selain-Nya tiada sesuatupun”. [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan al-Bayhaqi]

Al-Hafiz Ibn Hajar al-'Asqalani (w. 852 H) menguraikan hadis di atas dalam kitabnya Fathul-Bari dengan katanya[3]:
والمراد بكان في الأول الأزلية وفي الثاني الحدوث بعد العدم
Maksudnya:
“Dan maksud kana dalam lafaz yang pertama ialah keazalian (kewujudan tanpa didahului oleh ketiadaan atau kewujudan tanpa permulaan) dan dalam lafaz kedua ialah kebaharuan selepas ketiadaan (kewujudan yang didahului oleh ketiadaan atau kewujudan yang ada permulaan)”. I
Justru, Allah taala sentiasa wujud azali dalam keadaan tiada suatupun yang bersama keazalian-Nya. Tiada suatu air pun, tiada suatu udara pun, tiada suatu bumi pun, tiada suatu langit pun, tiada suatu Kursi pun, tiada suatu Arasy pun, tiada suatu manusia pun, tiada suatu jin pun, tiada suatu malaikat pun, tiada suatu tempat pun dan tiada suatu masa pun bersama keazalian-Nya! Oleh karena itu, Allah taala wujud sebelum kewujudan tempat tanpa suatu tempat, dan Dia-lah yang telah menciptakan tempat dan Arasy serta Dia tidak berhajat pula kepada ciptaan-Nya.
Rasulullah sallaLlahu 'alayhi wa-sallam bersabda:

اللهمّ أنت الأول فليس قبلك شيء, وأنت الاخر فليس بعدك شيء, وأنت الظاهر فليس فوقك شيء وأنت الباطن فليس دونك شيء
Artinya
Ya Allah! Engkau al-Awwal maka tiada suatupun sebelum-Mu, Engkau al-Akhir maka tiada suatupun selepas-Mu, Engkau al-Zahir maka tiada suatupun di atas-Mu, dan Engkau al-Batin maka tiada suatupun di bawah-Mu”. [Diriwayatkan oleh Muslim]
Al-Hafiz Ahmad ibn al-Husayn al-Bayhaqi (w. 458 H) berkata dalam kitabnya al-Asma’ wa al-Sifat[4]:

استدل بعض أصحابنا بنفي المكان عن الله تعالى بقول النبي: ((أنت الظاهر فليس فوقك شيء وأنت الباطن فليس دونك شيء)) وإذا لم يك فوقه شيء ولا دونه شيء لم يكن في مكان
Artinya
“Sebahagian para sahabat kami mengambil dalil tentang kemustahilan tempat daripada Allah taala dengan sabda Nabi SAW : ((أنت الظاهر فليس فوقك شيء وأنت الباطن فليس دونك شيء)). Dan jika tiada suatupun di atas-Nya dan tiadapun di bawah-Nya maka Allah tidak berada di suatu tempat pun”.
Kaum muslimin telah bersepakat bahwa Allah taala tidak bertempat di suatu tempat, tidak diliputi oleh semua tempat, tidak mendiami langit dan tidak juga mendiami Arasy karena Allah taala wujud sebelum kewujudan Arasy, langit dan tempat. Allah taala mustahil berubah dari suatu keadaan kepada suatu keadaan dan dari suatu sifat kepada suatu sifat kerana perubahan keadaan dan sifat adalah sifat makhluk. Oleh karena itu, Allah taala wujud dengan kewujudan yang azali tanpa suatu tempat pun, dan selepas Dia mencipta tempat Dia masih wujud tanpa bertempat.
Ketahuilah bahwa para ulama yang terdiri daripada ahli hadis, ahli fiqh, ahli tafsir, ahli bahasa Arab, ahli usul, para ulama empat mazhab yaitu mazhab-mazhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali – kecuali tokoh mazhab yang berpegang dengan aqidah tajsim – , ulama sufi yang benar semua mereka ini berpegang dengan aqidah yang mensucikan Allah dari tempat.
diantara ulama yang membawa nukilan ijmak Ahlus-Sunnah di atas aqidah yang mensucikan Allah taala dari tempat ialah al-Imam Abu Mansur 'Abdul-Qahir ibn Tahir al-Baghdadi (w. 429 H) dalam kitabnya al-Farq baynal-Firaq[5]:

وأجمعوا – أي أهل السنة والجماعة – على أنه – أي الله – لا يحويه مكان ولا يجوي عليه زمان
Artinya:
“Dan mereka – yaitu Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah – berijmak bahwa Dia – yaitu Allah – tidak diliputi oleh suatu tempat dan tidak dilalui pada-Nya oleh suatu masa”. 
Al-Shaykh Imamul-Haramayn Abul-Ma'ali 'Abdul-Malik ibn 'AbduLlah al-Juwayni al-Shafi^i al-Ash^ari (w. 478 H) menjelaskan ijmak tersebut dalam kitabnya al-Irshad[6]:

ومذهب أهل الحقّ قاطبة أنّ الله سبحانه وتعالى يتعالى عن التحيّز والتخصص بالجهات
Artinya
“Dan mazhab Ahlul-Haqq bersepakat bahwa Allah subhanahu wa-ta'ala disucikan dari sifat mengambil tempat atau ruang dan disucikan dari sifat pengkhususan dengan arah”. Intaha.

Allah taala berfirman:
وقالوا لو كنَّا نسمع أو نعقل ما كنَّا فى أصحب السعير
Artinya
Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. [Surah al-Mulk, ayat 10]
Akal di sisi ulama tauhid adalah saksi bagi syarak dan bukanlah asal bagi agama. Oleh karena itu, para ulama tauhid tidak berbicara tentang hak Allah taala semata-mata bergantung kepada akal, bahkan mereka berbicara tentang perkara ini dari sudut pendalilan dengan akal berdasarkan perkataan yang sahih daripada Rasulullah sallaLlahu 'alayhi wa-sallam. Justru, akal yang sejahtera tidak keluar dari perkara yang dibawa oleh syarak dan tidak saling bertentangan.
Dalil akal yang menunjukkan bahwa Allah taala itu maha suci dari tempat ialah jika akal bisa menerima bahwa Allah taala wujud tanpa bertempat sebelum penciptaan segala tempat, maka pastilah akal juga bisa menerima bahwa Allah taala juga wujud tanpa bertempat selepas penciptaan tempat dan ini bukanlah suatu kemustahilan kewujudan Allah taala.
Perubahan keadaan dan sifat itu mustahil berlaku kepada Allah taala kerana perubahan adalah bukti kebaharuan (kewujudan yang didahului oleh ketiadaan) yakni kemakhlukan. Kebaharuan atau kemakhlukan pula menafikan sifat ketuhanan. Iktikad tidak berdiri di atas perkara yang ditanggap oleh sangkaan, tetapi berdiri tegak di atas perkara yang boleh ditanggap oleh akal yang waras lagi sehat yang merupakan saksi kepada syarak.
Wallahua'lam
___________________________________________
[1] Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Dar al-Fikr, Beirut, jil. 8, juz. 16, hlm. 10.
[2] Ibid, jil. 6, juz. 11, hlm. 54.
[3] Ibn Hajar al-^Asqalani, Fathul-Bari, Dar al-Rayyan, Kaherah, juz. 6, hlm. 334.
[4] Al-Bayhaqi, al-Asma’ was-Sifat; Bab ma ja’ fil-^Arsh wal-Kursi, Dar Ihya’ al-Turath al-^Arabi, Beirut, hlm. 400.
[5] Al-Farq baynal-Firaq, Dar al-Ma^rifah, Beirut, hlm. 333.
[6] Al-Juwayni, al-Irshad ila Qawati^il-Adillah fi Usulil-I^tiqad, Mu’assasah al-Kutub al-Thaqafiyyah, Beirut, hlm. 58.

 

Minggu, 08 Juli 2012

Tetap Tenang Saat Jodoh Terlambat Datang



Pasangan hidup adalah salah satu dari "stasiun" perjalanan bagi semua manusia. Disanalah kehidupan baru dimulai, lengkap dengan semua pernak- pernik pelajaran yang akan membuat manusia memaknai arti kebahagiaan yang sebenarnya. Namun, proses ini bagi sebagian orang ternyata tidak gampang dilalui begitu saja. Mereka mendapati, justru dalam bagian inilah cobaan dan gemblengan hidup dimulai. Saat usia yang berjalan tak dapat lagi dihentikan, namun jodoh dan pelengkap hidupnya tidak kunjung datang, saat itu pula kegundahan hati menjadi terakrabi.


Banyak yang kemudian menyikapinya dengan sederhana, tetap berikhtiar, walau tetap diselipi kegundahan atas sebuah kepastian datangnya hari pertemuan. Namun, tak sedikit juga yang melakukan seribu satu cara, agar terhindar dari cacian makian manusia, dan atau sekedar untuk menyudahi kesedihan hati.

Namun, bisakah kita berhenti sejenak, dan membiarkan pikiran jernih yang menguasai kita. Memang siappapun tidak akan ada yang ingin melampaui cobaan yang seperti ini. Namun bukankah garis takdir itu sudah pasti dan Allah SWT jugalah tidak akan memberi cobaan yang melampui kemampuan hambanya?

Terkadang, banyak pelajaran yang bisa kita petik atas sebuah keinginan yang ternyata tertunda untuk terjadi. Dengan tertundanya kebahagiaan itu, siapa tahu Allah sedang mengajari kita atas sebuah makna dari menghargai. Ya, ketika jodoh telah datang, nantinya kita akan menjadi pribadi yang lebih manis dalam bersyukur serta memperlakukan. Dan kita akan menjadi lebih istimewa karenanya.

Dengan tertundanya pertemuan itu, mungkin Allah ingin memberikan yang lebih pas untuk kita. Dan atau dengan tertundanya jodoh itu, Allah telah memberikan skenario penggemblengan dan proses tersendiri bagi jodoh kita, sehingga kelak ketika dia bertemu dengan kita lewat sebuah pernikahan, pribadi yang lebih matang dan siap menjadi pelengkap kita, telah menjadi bagian dari kepribadiannya.

Dan bersabar adalah salah satu kunci menaklukkan keadaan ini. Sungguh, Allah pun telah berfirman "Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat" (QS. Al Baqarah:153).
Maka, tidak ada jalan lain yang lebih baik selain hanya mengembalikan semua urusannya kepada Allah dengan berdo’a dan merendahkan diri di hadapanNya. Karena Allah SWt telah berfirman,

“Dan jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka katakanlah Aku sangat dekat. Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a jika ia berdo’a kepada-Ku.. (QS. Al-Baqoroh:186)
Lagi-lagi, semua ini hanya sanggup dan bisa dimaknai oleh para hati yang selalu berprasangka baik dan bertawakkal kepada Allah SWT. Sebagai hasilnya, kebahagiaan akan tetap menjadi bagian dari hari- harinya, karena sebuah keyakinan juga melekat kuat dalam bentuk iman.

Semua hal dibawah langit ini, terjadi dengan waktu- waktunya sendiri. Pun demikian dengan kedatangan jodoh yang belum kunjung datang saat ini. Sungguh, Allah SWT maha tahu apa yang kita butuhkan, serta saat yang tepat untuk semua itu terpenuhi. Dan Allah juga maha dekat pertolongannya atas apapun kesulitan yang kita hadapi.Dan di dunia ini, tidak ada yang lebih mengerti dan mengetahui apapun kesulitan dan keinginan yang terbersit dalam hati kita, kecuali hanya Allah saja. Dan Allah lah juga yang paling tahu, yang terbaik bagi kita, dalam segala hal.

Sungguh, kerisauan itu adalah sebuah hal yang manusiawi. Namun, hal tersebut tidak membawa dampak apapun, kecuali membuat pikiran kita semakin tertutup dari kebaikan, dan mendekatkan diri dengan kesedihan.Namun justru ketenangan yang didasari iman, tawakkal, serta prasangka baik kepada Allah, yang akan menyejukkan dan mengistimewakan kita. InsyaAllah.

Kamis, 05 Juli 2012

Ketahuilah! Harta Itu Ujian


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Harta yang Allah berikan kepada kita adalah fitnah (cobaan), untuk menguji kita apakah menggunakannya dengan baik atau tidak. Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al-Thaghabun: 15) Lalu sebagian orang menghabiskan hartanya untuk menuruti syahwatnya dan menggunakannya dalam keharaman. Ia rengguh semua kenikmatan yang tidak menambah untuk dirinya kecuali jauh dari Allah semata. Yang seperti ini  harta menjadi musibah bagi pemiliknya. Wal'iyadhu Billah!
Di sisi lain, ada orang yang menggunakan hartanya untuk mencari keridhaan Allah. Ia manfaatkan karunia harta untuk mendekatkan diri kepada al-Wahhab (Zat Mahapemberi), yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ia korbankan hartanya untuk menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Maka harta yang dimilikinya ini mendatangkan kebaikan untuk dirinya.
Ada tipe lain dari orang yang memiliki harta, ia habiskan hartanya untuk sesuatu yang tak berguna. Bukan pada yang haram dan tidak pula pada yang disyariatkan. Maka harta semacam ini bersifat sia-sia, tidak memberikan kebaikan pada pemiliknya. Padahal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah melarang dari menyia-nyiakan harta.
Selayaknya orang beriman menggunakan hartanya dalam keridhaan Rabb-nya. Ia infakkan hartanya dalam kebaikan. Ia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Ia salurkan kepada dakwah dan perjuangan Islam. Sehingga Allah Ta'ala akan memberikan ganti lebih baik dari apa yang telah dikeluarkan dari hartanya. Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba': 39)
Makna "maka Allah akan menggantinya" adalah : Dia memberikan ganti untukmu yang lebih baik dari apa yang telah engkau keluarkan. Berarti Allah menjanjikan dalam kitab-Nya, apa yang diinfakkan oleh orang maka Allah akan menggantinya. Ini seperti penafsiran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam beberapa haditsnya, di antaranya;
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُولُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
"Tiada hari melainkan pada pagi harinya ada dua malaikat yang turun. Lalu salah satunya berucap (berdoa): Ya Allah, berilah ganti untuk orang yang berinfaq. Sedangkan yang lain berdoa: Ya Allah timpakanlah kehancuran kepada orang yang kikir (tidak berinfaq)." (Muttafaqun 'alaih)
Maksudnya orang yang didoakan untuk dihancurkan hartanya adalah orang yang menahan harta dari apa yang Allah wajibkan untuk mengeluarkannya. Karena tidak setiap orang yang menahan harta didoakan seperti itu. Tetapi orang yang menahan harta dari infak yang Allah wajibkan, itulah yang didoakan oleh malaikat bahwa Allah akan menghancurkannya dan menghancurkan hartanya.
. . . orang yang didoakan untuk dihancurkan hartanya adalah orang yang menahan harta dari apa yang Allah wajibkan untuk mengeluarkannya . . .
Al-Talaf (kehancuran) dalam hadits di atas ada dua bentuk: Pertama, al-talaf al-hissi: harta itu benar-benar hancur atau hilang, seperti kebakaran yang menghabiskan hartanya, dicuri dan sebagainya.
Kedua, al-Talaf al-Maknawi: dihilangkan berkahnya sehingga pemiliknya tidak bisa mennggunkannya untuk kebaikan. Ini seperti hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang harta miliknya dan harta pewarisnya. Harta milik sendiri adalah harta yang telah digunakannya untuk kebaikan. Sedangkan harta pewarisnya adalah harta yang ditinggalkan untuk anak turunnya. Tentunya setiap orang lebih suka kepada harta miliknya sendiri. (HR. Al-Bukhari)
Bahwa harta yang engkau serahkan untuk Allah 'Azza wa Jalla  maka akan engkau dapatkan kembali pada hari kiamat. Bahkan akan dilipatgandakan dengan jumlah lebih banyak. Sebaliknya harta yang engkau kumpulkan lalu engkau tinggalkan karena kematian sehingga menjadi rebutan ahli waris, maka itu benar-benar harta ahli warismu. Harta tersebut bukan hartamu. Oleh karenanya, mulai sekarang, infakkanlah hartamu dalam keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu tanamkan keyakinan, Allah akan memberi ganti atas harta tersebut dan berinfak kepadamu dengan yang lebih banyak.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman:
أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
"Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya aku berinfak kepadamu." (Muttafaq 'Alaih) Maknanya adalah Aku beri ganti yang lebih baik untukmu.
Sesungguhnya tidak ada cerita harta seseorang habis karena dia suka berinfak. Tetapi banyak cerita orang menjadi miskin karena bencana dan semisalnya karena ia pelit dan suka menahan harta dari berbagi kepada sesama. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com/www.globalmuslim.web.id]

Rabu, 04 Juli 2012

Dambaan Muslimah Sejati

Posted by Lou Hani

ya Allah.... jauhkanlah lelah ini dari hatiku, isi kembali hanya dengan kesabaran. Karena keyakinanku akan janji-janjiMu. Jagalah bunga ini agar tiada pernah layu menanti sang kumbang. Tetap terjaga indah dalam kesucian hati dan jiwa, tetap tak tersentuh oleh sembarang kumbang yang tak halal baginya. Andai ada cinta ingin ku benamkan di hati, aku ingin mencintainya dalam diam , tanpa harus ku umbar rasaku sebelum Engkau ikatkan hatiku dan hatinya dalam kesucian cintaMu...

ya Allah.... tak ku pinta dia untuk sempurna, tapi jadikan kami sempurna tuk saling mengisi kekurangan kami. Tak ku pinta dia datang dengan kesombongan atas apa yang di raihnya, tapi datangkan ia dengan ketulusan cinta. Hanya karenaMu, agar ku dapatkan kebaikan DUNIA, AGAMA dan AKHIRAT ku...
Aamiin ya rabbal'aalamiin